“Piramida” Bukti Peradaban Maju Nusantara?
Arysio Santos bahkan menunjuk Indonesia sebagai lokasi Kota Atlantis yang hilang.
termasuk di Garut, Jawa Barat, kini menjadi kontroversi. Tim Bencana Katastropik Purba meyakini di balik timbunan tanah itu terdapat piramida buatan manusia, yang bahkan berusia lebih tua dariPiramida Giza di Mesir. Di sisi lain, sejumlah ahli mengatakan tak ada sejarah piramida di Indonesia.
Dimintai tanggapan soal kontroversi piramida, pakar kebudayaan Universitas Indonesia Dr. Lily Tjahjandari mengatakan berdasarkan tinjauan akademis, keberadaan piramida di Nusantara dimungkinkan.
“Sangatlah mungkin, bahkan Borobudur dulu pun tertimbun,” kata dia saat dihubungi VIVAnews.com. Letak Indonesia yang berada dalam cincin api menjadi faktor mengapa bukti-bukti keberadaan peradaban itu menghilang.
Lily menambahkan, hipotesis keberadaan piramida harus dilihat dari berbagai sisi. Diperlukan sinergi ilmuwan dan peran badan terkait, terutama arkeologi untuk menguak misteri itu. “Memang perlu kecurigaan menyikapi temuan ini, dalam arti harus dibuktikan kebenarannya.”
Sebelumnya, tim bencana katastropik memprediksi “Piramida Garut” berusia 10.000 tahun sebelum Masehi, itu artinya lebih tua dari Piramida di Mesir. Jika terbukti ada piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri–ini adalah bukti Nusantara memiliki peradaban maju di masa lalu.
Soal keberadaan peradaban maju di Indonesia, Lily juga menyebut, mungkin. Hal tersebut didukung sejumlah hipotesa yang dikeluarkan para ilmuwan. “Ada satu disertasi dari Gorys Keraf yang menyebut, bahasa Asia pasifik , termasuk Asia Tenggara, adalah bahasa tua dunia,” kata Lily. Dia menambahkan, kebudayaan tidak hanya ditandai oleh keberadaan situs, tapi juga bahasa.
Hipotesa lain, Lily menambahkan, juga diketengahkan oleh Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris. Ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
“Sangatlah mungkin, bahkan Borobudur dulu pun tertimbun,” kata dia saat dihubungi VIVAnews.com. Letak Indonesia yang berada dalam cincin api menjadi faktor mengapa bukti-bukti keberadaan peradaban itu menghilang.
Lily menambahkan, hipotesis keberadaan piramida harus dilihat dari berbagai sisi. Diperlukan sinergi ilmuwan dan peran badan terkait, terutama arkeologi untuk menguak misteri itu. “Memang perlu kecurigaan menyikapi temuan ini, dalam arti harus dibuktikan kebenarannya.”
Sebelumnya, tim bencana katastropik memprediksi “Piramida Garut” berusia 10.000 tahun sebelum Masehi, itu artinya lebih tua dari Piramida di Mesir. Jika terbukti ada piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri–ini adalah bukti Nusantara memiliki peradaban maju di masa lalu.
Soal keberadaan peradaban maju di Indonesia, Lily juga menyebut, mungkin. Hal tersebut didukung sejumlah hipotesa yang dikeluarkan para ilmuwan. “Ada satu disertasi dari Gorys Keraf yang menyebut, bahasa Asia pasifik , termasuk Asia Tenggara, adalah bahasa tua dunia,” kata Lily. Dia menambahkan, kebudayaan tidak hanya ditandai oleh keberadaan situs, tapi juga bahasa.
Hipotesa lain, Lily menambahkan, juga diketengahkan oleh Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris. Ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
“Apa yang diungkap Oppenheimer berbasis temuan dan wacana yang mengarahkan ke sana (peradaban maju termasuk di Indonesia),” kata dia. “Juga ada hipotesa dari Santos (Arysio Santos).”
Seperti diketahui, dalam buku “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menunjuk Indonesia sebagai lokasi Atlantis yang hilang--kota kuno berperadaban maju--berdasarkan definisi yang disebut Plato dalam 'Lost Civilization'.
Seperti diketahui, dalam buku “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menunjuk Indonesia sebagai lokasi Atlantis yang hilang--kota kuno berperadaban maju--berdasarkan definisi yang disebut Plato dalam 'Lost Civilization'.
Lily berpendapat kontroversi boleh-boleh saja terkait klaim penemuan piramida. Namun, aksi nyata harus dilakukan untuk membuktikannya. “Temuan ini harus diungkap tahap demi tahap oleh ilmuwan, juga bersinergi dengan media. Pertimbangkan dampaknya yang akan sangat baik–bagi indentitas bangsa, juga dari sisi pariwisata dan perkembangan perekonomian daerah. Lihat sisi positifnya.”
Terkait dengan kajian budaya Indoensia, Lily mengatakan, Universitas Indonesia akan menyelenggarakan seminar, salah satu tamunya adalah Oppenheimer. Acara digelar pada 9 Februari 2012 di Bali.
Kajian tersebut penting berkaitan dengan masa lalu – identitas kita sebagai bangsa , juga mempengaruhi cara pandang kita ke depan. “Dalam frame besar wilayah kajian Indonesia, perspektif kebudayaan. Sub temanya sangat luas, termasuk budaya ekonomi, budaya politik, dan birokrasi. “Kami berusaha mengembalikan kajian tentang Indonesia ke tanah air, selama ini kajian tentang Indonesia yang besar justru di Australia atau Amerika Serikat,” kata Lily.
Ditaksir ilmuwan asing
Tak hanya menjadi perhatian di kalangan nasional, wacana penemuan piramida juga menarik sejumlah ilmuawan asing. “Oppenheimer yang menulis buku peradaban nusantara, melalui pendekatan DNA, juga asisten Santos (Arysio Santos) sudah menghubungi tim,” kata anggota tim Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule, Selasa 13 Desember 2011 malam.
Pertemuan rencananya akan dilakukan Oppenheimer-tim katastropik saat ilmuwan itu menghadiri acara UI di Bali.
Soal kontroversi piramida, Iwan menambahkan, itu bukan fokus pihaknya. “Orang mau bicara apapun, silakan, kami nggak mau berpolemik. Apa yang kami sampaikan telah memenuhi standar internasional,” kata dia.
Iwan menambahkan, pihaknya tak mau berdebat. “Saat ini kami jalan terus, memberikan sosialisasi, menuju proses eskavasi,” kata dia.
Terkait dengan kajian budaya Indoensia, Lily mengatakan, Universitas Indonesia akan menyelenggarakan seminar, salah satu tamunya adalah Oppenheimer. Acara digelar pada 9 Februari 2012 di Bali.
Kajian tersebut penting berkaitan dengan masa lalu – identitas kita sebagai bangsa , juga mempengaruhi cara pandang kita ke depan. “Dalam frame besar wilayah kajian Indonesia, perspektif kebudayaan. Sub temanya sangat luas, termasuk budaya ekonomi, budaya politik, dan birokrasi. “Kami berusaha mengembalikan kajian tentang Indonesia ke tanah air, selama ini kajian tentang Indonesia yang besar justru di Australia atau Amerika Serikat,” kata Lily.
Ditaksir ilmuwan asing
Tak hanya menjadi perhatian di kalangan nasional, wacana penemuan piramida juga menarik sejumlah ilmuawan asing. “Oppenheimer yang menulis buku peradaban nusantara, melalui pendekatan DNA, juga asisten Santos (Arysio Santos) sudah menghubungi tim,” kata anggota tim Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule, Selasa 13 Desember 2011 malam.
Pertemuan rencananya akan dilakukan Oppenheimer-tim katastropik saat ilmuwan itu menghadiri acara UI di Bali.
Soal kontroversi piramida, Iwan menambahkan, itu bukan fokus pihaknya. “Orang mau bicara apapun, silakan, kami nggak mau berpolemik. Apa yang kami sampaikan telah memenuhi standar internasional,” kata dia.
Iwan menambahkan, pihaknya tak mau berdebat. “Saat ini kami jalan terus, memberikan sosialisasi, menuju proses eskavasi,” kata dia.
0 comments:
Post a Comment